Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan dan kualitas hidup manusia di suatu negara. IPM mencerminkan perkembangan pembangunan suatu wilayah berdasarkan tiga aspek utama, yaitu pendidikan, harapan hidup, dan kelayakan hidup. Dalam penelitian IPM termasuk kategori data spasial yang dalam penentuannya tidak terlepas dari matriks pembobot spasial. Matriks pembobot spasial sangat penting dalam memberikan gambaran hubungan anatara satu lokasi dengan lokasi lainnya dalam analisis regresi spasial. Dalam penelitian ini penulis membandingkan matriks pembobot bishop contiguity dalam model SAR dan queen contiguity dalam model SEM pada data IPM di pulau Sulawesi. Variabel yang digunakan yakni IPM, AHH, HLS dan pengeluaran perkapita. Tujuan penelitian ini adalah mengatahui model terbaik yang digunakan dalam pemodelan faktor-faktor yang mempengaruhi IPM di pulau Sulawesi serta memberikan literatur bahwa pemilihan matriks pembobot dalam analisis spasial sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai AIC model SEM dengan menggunakan pembobot queen contiguity sebesar 194,7679 sedangkan nilai AIC model SAR dengan menggunakan pembobot bishop contiguity sebesar 211,0294. Berdasarkan nilai AIC tersebut dapat disimpulkan pemodelan terbaik yang didapatkan adalah SEM dengan pembobot queen contiguity. Kata Kunci: Indeks Pembangunan Manusia, SAR, SEM, queen dan bishop contiguity