Pangan hewani yang layak dikonsumsi harus aman, bergizi, bebas kontaminasi, dan halal. Cumi (Loligo sp) merupakan hewan karnivora yang banyak ditemukan di Desa Langgula Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dan menjadi komoditas unggulan dengan rata – rata tangkapan nelayan sebanyak 450 kg/bulan atau 15 kg/hari. Salah satu ancaman terhadap kualitas cumi adalah pencemaran logam berat kadmium (Cd) yang bersifat toksik, tidak dapat terdegradasi secara alami, dan mudah terakumulasi dalam organisme laut, sehingga berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem melalui proses biokonsentrasi, bioakumulasi, dan biomagnifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan logam berat kadmium (Cd) yang terakumulasi dalam cumi (Loligo sp) di Desa Langgula Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif yang ditujukan untuk menggambarkan kandungan Cd dalam cumi. Sampel diperoleh dari empat titik pengambilan. Analisis kandungan Cd menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat kadmium (Cd) yang terkandung pada cumi (Loligo sp) pada titik pengambilan 1 sebanyak 0,182 mg/kg, pada titik pengambilan 2 sebanyak 0,114 mg/kg, pada titik pengambilan 3 sebanyak 0,278 mg/kg, pada titik pengambilan 4 sebanyak 0,385 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan logam berat kadmium (Cd) pada cumi (Loligo sp) melebihi baku mutu menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) Nomor 23 tahun 2017 yaitu 0,10 mg/kg, sehingga belum aman untuk dikonsumsi. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan, pencegahan pencemaran, serta edukasi kepada masyarakat tentang bahaya logam berat bagi kesehatan dan dapat menggunakan bahan alami untuk mengurangi kandungan Cd pada cumi sebelum diolah. Kata kunci: Kadmium, cumi, logam berat.