HEGEMONI POLITIK GOLONGAN KARYA PADA MASA ORDE BARU DI GORONTALO TAHUN 1966-1997

MOHAMAD WANTU (231419029)
Skripsi
Pembimbing
Drs. Joni Apriyanto, M.Hum (0001046805)
Helman Manay, S.Pd., M.Hum (0030038704)
Tanggal Upload
05-06-2023
Abstract

Mohamad Wantu, NIM 231419029, Skripsi" Hegemoni Politik Golongan Karya Pada Masa Orde Baru di Gorontalo Tahun 1966-1997". Dengan Pembimbing (1) Drs. Joni Apriyanto, M.Hum dan Pembimbing (2) Helman Manay, S.Pd., M.Hum. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana awal Orde Baru dan sistem politiknya di Gorontalo serta bagaimana perjalanan hegemoni politik Golongan Karya pada masa Orde Baru di Gorontalo. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang melsiputi empat tahap yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik, interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah tampilnya Golongan Karya di pentas politik di bawah kendali kepemimpinan Orde Baru di Gorontalo menjadi mimpi buruk bagi partai politik yang tumbuh dan menjadi prioritas di Gorontalo. Salah satu bukti adalah partai-partai Islam seperti Masyumi, PSII dan NU yang pada pemilu 1955 menjadi peraih suara terbanyak di Gorontalo akhirnya harus menerima kekalahannya pada pemilu 1971. Hal demikian terjadi karena perjalanan hegemoni politik dari Golongan Karya yang dilakukan melalui pemanfaatan kekuasaan, pemanfaatkan fasilitas negara, aparat pemerintah hingga tenaga pendidik. Semua lapisan aparatur negara tersebut diatur dan dikendalikan oleh pimpinan Orde Baru untuk dapat menjalankan hegemoni politik Golongan Karya pada setiap daerah salah satunya di Gorontalo untuk bisa mencapai kemenangan dalam setiap pemilu. Dalam menjelang pemilu 1971 terdapat instruksi dari pemerintah untuk setiap pimpinan daerah termasuk Gorontalo agar bisa melakukan kampanye Golkar dan mengupayakan Golkar tampil sebagai pemenang dalam pemilu tersebut. Sementara itu, salah satu yang paling nyata dari praktek kecurangan pemerintah Orde Baru untuk Golongan Karya di Gorontalo adalah adanya kecuangan dalam perhitungan suara. Di mana, dalam perhitungan suara pada setiap pemilu, kartu suara yang tercoblos partai selain Golkar, oleh panitia pemilu disampaikan suara Golkar. Dari kecurangan tersebut kemudian mengantarkan Golkar tampil sebagai pemenang dalam semua pemilu baik dari tahun 1971 samapai dengan pemilu 1997 di Gorontalo. Kata Kunci: Hegemoni, Politik, Golkar, Gorontalo, 1966-1997