Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana generasi sandwich diKotamobagu memaknai dan mempraktikkan perilaku pengelolaan keuangan dalam upaya mencapai financial well-being, serta menggali makna/nilai yang mendasari praktik tersebut dilihat dari sudut pandang fenomenologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang bersifat kualitatif dengan behavioral finance theory sebagai kerangka konseptual. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis fenomenologi transcendental terhadap 5 informan yaitu generasi sandwich di Kotamobagu yang berusia produktif dan memiliki tanggung jawab ganda. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan menggunakan analisis fenomenologi transcendental para informan, yakni generasi sandwich di Kotamobagu, melakukan praktik pengelolaan keuangan dilakukan secara sederhana dan fleksibel sesuai kebutuhan. didasari oleh tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman finansial, dan perencanaan akan investasi. Temuan menarik lainnya melalui behavioral finance theory adalah mental accounting, dimana generasi sandwich seringkali mengelompokkan uang mereka ke dalam kategori mental yang berbeda. Lalu loss aversion, yaitu ketakutan mereka akan kehilangan uang lebih kuat daripada keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Dan terakhir, perceived behavioral control, yaitu kontrol diri dalam pengambilan keputusan keuangan. Ketiga makna tersebut, diperkuat oleh nilai budaya Mogama yang hidup di masyarakat Kotamobagu yang menanamkan pentingnya kolektivitas, kehati-hatian, musyawarah, dan tanggung jawab sosial dalam keluarga. Hal ini juga menegaskan optimalisasi financial well-being generasi sandwich di Kotamobagu tidak hanya strategi individu dalam pengelolaan keuangan, tetapi juga oleh internalisasi nilai budaya lokal, khususnya nilai Mogama. Kata Kunci: Fenomenologi Transcendental, Financial Well-Being, Generasi Sandwich, Perilaku Pengelolaan Keuangan, Behavioral Finance, Mental Accounting, Loss Aversion, Perceived Behavioral Control, Nilai Budaya Mogama.